MENJADI BATU PIJAKAN DAN JANGAN MENJADI BATU SANDUNGAN
Menjadi Batu Pijakan
Alih-alih menjadi batu sandungan, yang membuat orang lain jatuh, kita dituntut untuk menjadi batu pijakan, dimana melalui kita seseorang bisa diangkat ke tempat yang lebih tinggi, diantar ke tempat di mana ia seharusnya berada. Nah, apa saja nilai-nilai yang dimiliki oleh batu pijakan?
|
1. MELAYANI
Coba amati sebuah batu pijakan, kehadirannya adalah untuk melayani, agar seseorang bisa berjalan menuju tujuannya tanpa kesulitan yang berarti. Demikianlah kita saat menjadi batu pijakan, kita melayani orang lain yang memang membutuhkan dengan tenaga, pikiran, nasihat, waktu dan bahkan materi yang kita miliki.
|
2. BERANI BERKORBAN
Lain halnya dengan batu sandungan yang “ditendang”, batu pijakan baru akan menunjukan fungsinya ketika ia diinjak. Ya, menjadi batu pijakan berbicara tentang kerelaan untuk berkorban. Lagipula, pada dasarnya melayani orang lain memang membutuhkan pengorbanan, bukan? Jadi, jika kita ingin menjadi batu pijakan, maka kita hrus siap untuk berkorban
|
3. SEJAJAR
Coba lihat batu pijakan yang ada di sebuah taman. Hamper semua batu pijakan posisinya sejajar dengan tanah yang ada disekitarnya. Berbeda dengan batu sandungan, yang biasanya memiliki permukaan jauh lebih tinggi dari pada tanah sekitarnya. Keadaan ini menunjukan kepada kerendahan hati dan kemampuan untuk berbaur dengan sekitarnya. Orang Kristen yang menjadi batu pijakan adalah orang yang rendah hati dalam segala sikap dan perkataannya. Dan terlebih, ia adalah orang yang mudah berbaur dan tidak ekslusif.
|
4. KERAS
Apa jadinya jika batu pijakan disebuah kolam, misalnya, lunak? Tentu orang yang menginjaknya akan jatuh dalam kolam. Demikian jugalah orang Kristen, ia boleh saja memiliki sifat melayani, berani berkorban, dan mudah berbaur, namun ia memiliki natur yang keras. Artinya, ia kuat secara iman dan pengetahuan tentang-Nya. Ia tidak kompromi terhadap dosa dan tidak mudah diombang-ambingkan, sehingga justru malah membuat jatuh orang yang “menginjaknya”.
7 BATU SANDUNGAN
Bukannya menjadi batu pijakan, sikap-sikap ini justru akan menjadi batu sandungan. Membuat orang lain undur dari Tuhan dan bahkan berpendapat seperti Gandhi; “Saya suka Kristus, tapi saya tak suka dengan pengikut-Nya”.
|
|
1.perkataan yang ceroboh
|
Jangan keliru, tidak hanya pemimpin atau pendeta yang perlu waspada dengan sikap yang satu ini. Kita sebagai jemaat pun, dalam keseharian juga harus waspada. Setiap kali kita berbicara atau mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan FirTu (entah itu isi perkataannya atau cara kita mengatakannya), maka kita sedang menaruh sebuah batu sandungan untuk saudara-saudara seiman kita yang lain.
|
|
2. mencoba menggagalkan rencana tuhan
|
Tuhan punya rencana atas hidup kita. Masalahnya kita sering kali tidak setuju dengan rencana itu dan mencoba “menggagalkannya”. Inilah yang Petrus coba lakukan. Dia tidak setuju dengan rencana Allah utnuk Yesus. Yesus kemudian menyebutnnya sebagai batu sandungan (Mat. 16:22-23). Ingatlah bahwa doa dan prioritas kita adalah kehendak Tuhan yang jadi, bukan kehendak kita sendiri. Bahkan Yesus pun berserah penuh kepada kehendak Bapa-Nya (Mat. 26:39).
|
|
3. berjalan dalam gelap
|
Cara lain membuat orang tersandung adalah dengan mematikan terang. Kegelapan adalah alat paling baik untuk membuat orang tersandung (Yoh. 11:9-10). Yesus mengatakan bahwa kita adalah terang dunia. Jika kita tidak menunjukan terang kita, orang-orang di sekitar kita akan tersandung dan jatuh. Sebaliknya, jika hidup kita semakin terang maka mereka akan mampu melihat jalannya. Hidup yang menjadi terang berarti hidup yang mampu memberi manfaat bagi orang lain dalam cara-cara yang tidak bertentangan dengan FirTu.
|
|
4. menghakimi
|
“Kamu salah”. “Orang Kristen sejati itu tidak akan melakukan hal seperti itu , tidak pergo ke tempat seperti itu, tidak makan makanan seperti itu”.Dan sebagainya. Ya, sebagai orang Kristen, terkadang kita malah kebablasan dalam hal apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan. Alhasil, kita menghakimi orang lain yang yang menurut kita melakukan hal yang salah. Saling mengingatkan tentu saja adalah sebuah keharusan, namun jika sudah menghakimi, sikap ini justru akan menjadi batu sandungan bagi saudara-saudara seiman (Roma. 14:13).
|
|
5. menggunakan kebebasan secara salah
|
Sebagai orang Kristen, kita memang telah bebas dari dosa. Namun, jangan sampai kita salah memahaminya, sehingga kita merasa bisa melakukan apa pun yang kita mau tanpa memikirkan yang orang lain pikirkan. 1 Korintus 8:9 mengatakan: Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah. Lebih dalam mengenai kebebasan kristiani ini.
6. TIDAK MEMEDULIKAN ORANG LAIN
|
|
Sikap acuh tak acuh juga bisa menjadi batu sandunngan bagi orang lain. Yesus sendiri memberikan teladan yang sangat jelas dan nyata bahwa Ia adalah Pribadi yang tak pernah mengabaikan orang lain. Dalam setiap kesempatan, kita bisa melihat-Nya melonong dan memerhatikan mereka yang membutuhkan. Jelas, orang yang acuh tak acuh hamper pasti adalah orang yang tidak memiliki kasih. Orang Kristen yang tidak memiliki kasih jelas akan menjadi batu sandungan. Orang yang memiliki kasih, belum tentu orang Kristen; namun orang Kristen sejati, pasti memiiliki kasih.
|
7. BERSIKAP EKSKLUSIF
|
|
Harus diakui, sikap ini masih cukup menjamur di antara orang Kristen. Ada orang-orang Kristen yang membatasi dirinya; ia hanya mau bergaul hanyadengan orang-orang yang seiman, misalnya. Lalu ada juga yag di Gereja sangat aaktif melayani, namun ia sama sekali tidak peka dengan lingkungan sekitarnya. Sikap-sikap seperti ini tentu bukanlah yang Tuhan inginkan. Di satu sisi orang Kristen seharusnya bisa berbaur dengan siapa saja, namun di sisi lain tidak memalalaikan prinsip hidupnya sebagai pengikut-Nya (1 Kor. 9:20).
@Editor : Adi Janes Ngingi (Janeza.adi@gmail.com)
|
|
|
Tidak ada komentar :
Posting Komentar