Wadah Pelayanan Pemuda Kabeth-Suli = = = = = Di Berkati untuk Memberkati = = = = = =

Jumat, 17 Januari 2014

SOBAT BLESS

3 Kisah Nyata tentang Kesetiaan

    Setia, mudah dikatakan tapi sering kali susah dilakukan. Setia menepati janji, setia dalam duka dan susah, setia meski kadang tidak memungkinkan, setia meski bahaya mengancam, itulah yang dilakukan oleh orang-orang (dan satu hewan) dalam 3kisah nyata ini. Membaca kisah ini, semoga kita bisa lebih banyak belajar untuk setia pada apapun yang baik dan benar didalm hidup kita.

Kaye O’Bara dan Edwarda O’Bara

“Janji ya, Ma. Jangan pernah tinggalkan aku.” Itulah kata terakhir yang diucapkan Edwarda O’Bara yang saat itu berusia 16 tahun. Saat itu, 20 Desember 1969, tepat hari ulang tahun pernikahan ortunya yang ke 22, Edwarda dilarikan ke rumah sakit karena pneumonia. Siapa yang menyangka, sejak itulah ia harus koma. Tapi, sang ibu, Kaye tetap menempati janjinya. Meski ia harus cari uang ke sana kemari, apalagi setelah suaminya (papa eduwarda) meninggal tahun 1976, meski sebagian orang mendesaknya agar membiarkan Edwarda meninggal saja (bahkan ada yang menembaki kamar Edwarda untuk membunuhnya!), tapi ia tetap yakin kalo satu saat putrinya pasti bangun. Ia berdoa buatnya, bacain buku, dan tentu saja merawatnya dengan penuh kasih sayang. Tak terasa, Edwarda sudah koma selama 38 tahun. Kaye pun akhirnya meninggal dunia pada tahun 2008. Edwarda menyusulnya 4 tahun kemudian, tepat 21 November 2012 lalu. Tapi, kisah kesetiaan ibunya menginspirasi banyak orang, Wayne Dyer menulis buku “A Promise is a Promise” tentang mereka. Satu kisah yang sangat mengharukan.

Li Zhengjie dan Du Chanyun

Du Chanyuan adalah seorang guru di pedalaman pegunungan Tuniu, Tiongkok. Ia adalah satu-satunya guru di kampong yang dihuni 500 kepala keluarga itu. Pak Du sendiri rajin mengajar meski gajinya sangat sedikit. Satu kali, pada tahun 1990, ia ikut bekerja betulkan bangunan sekolah yang sudah rusak. Ia bekerja sangat semangat meski hujan sekalipun. Tapi siapa sangka setelah itu ia pun ambruk bersama gedung sekolah tersebut. Ia mengalami lumpuh separuh badan. Tapi, Pak Du lebih binggung karena bagaimana ia bisa mengajar kalo tubuhnya begitu? Sang istri, Li Zhengjie tau kegelisahan suaminya. Ia pun berkata jika ia rela menggendong suaminya itu berangkat ke sekolah. Benar saja, Li gendong sang suami di punggungnya, termasuk melintasi sungai dan jarak 3 kilometer. Dan itu tidak mudah. Berkali-kali mereka jatuh, bahkan pernah terpeleset dan hampir terbawa arus sungai. Hebatnya Pak Du tidak pernah absen mengajar. Sedangkan Bu Li sendiri masih bolak-balik mengurus 4 anaknya dan sawahnya.
Pernah satu kali, Pak Du kasian sama istrinya. Maka, ia berniat cerai agar istrinya tidak lagi menderita mengurus dirinya. Ia sengaja bikin ribut bahkan mengata-ngatai Bu Li. Mereka pun benar-benar ingin cerai. Seperti biasa, untuk menuju kantor kelurahan buat ngurus perceraian, Bu Li harus menggendong Pak Du. Pak lurah dan para tetangga yang telah mengenal merekapun berkata “Belum pernah aku liat ada istri yang mau cerai tapi mau menggendong suaminya. Kalian pulang aja.” Perceraian batal!. Kali itu, Bu Li kembali janji bahwa sampai kapan pun ia mau menggendong sang suami. Keduanya pun baikkan. Hingga kini, dengan kondisinya, Pak Du berhasil melahirkan murid-murid yang cerdas. Kelulusan di SD tempat ia mengajar bahkan 100% dan setiap Imlek, para bekas muridnya menjenguk mereka. Wow, kesetian dobel. Setia dalam merawat suami dan setia dalam dedikasi mengajar yang luar biasa.

Dorado dan Omar Eduardo Rivera


Omar Eduardo Rivera adalah sorang ahli computer yang tuna netra. Ke mana-mana ia harus dibimbing oleh anjingnya yang bernama Dorado. Termasuk pada 11 September 2001 itu, Omar berangkat kerja ke kantornya yang terletak di lantai 71 gedung WTC, New York, dengan bantuan Dorado. Ketika pesawat pertama yang dibajak teroris itu menabrak menara utara WTC dan menimbulkan kepanikan luar biasa Omar tau kalo ia akan sangat kesulitan untuk keluar. Maka, ia pun sengaja melepas iakatan Dorado agar anjingnya bisa lari keluar. Omar udah pasrah. Ia bisa mendengar teriakan panic, desak-desakkan, dan panas, ia pikir anjingnya berhak untuk lari dan meyelamatkan diri. Dorado pun sempat terdesak turun oleh kerumunan orang. Tapi, tidak berapa lama, Omar merasakan sesuatu di kakinya. Dorado kembali naik dan menungguinya! Maka, dibimbing Dorado dan seorang rekan kerjanya. Omar turun tangga dari lantai 70. Sesaat setelah ia berhasil keluar dari gedung, pesawat kedua menabrak gedung itu yang lalu hancur. Omar mengaku, ia berhutang nyawa pada anjingnya yang setia itu.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar